Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Google for Media #5 membahas perubahan ekosistem digital bersama empat penerbit berita



Google for Media kelima sekaligus terakhir di tahun 2020 dapat disaksikan di akun YouTube Google Indonesia. Bertepatan dengan penerbitan Laporan Dampak GNI untuk pertama kalinya, juga dua tahun perjalanan Google News Initiative yang telah menjangkau setiap penjuru dunia, termasuk Indonesia. Acara hari ini akan mengeksplorasi bentuk-bentuk monetisasi alternatif dan peralihan ke programmatic.  




“Tentu atas nama Dewan pers saya ingin menyampaikan ucapan terima kasih setinggi-tingginya kepada Google yang hari ini berbagi untuk melakukan sharing tentang pentingnya model monetisasi alternatif dan ekosistem digital yang terus berubah-berubah,” ungkap Mohammad Nuh, Ketua Dewan Pers, dalam sambutannya.



Asumsi juga turut menjadi pembicara untuk berdiskusi mengenai “Crowdfunding news in Indonesia”.


(kiri-kanan) Jason Tedjasukmana dan Pangeran Siahaan. 



Pangeran Siahaan, founder dan CEO Asumsi mengatakan: “Sejak awal tahun 2020 kami di Asumsi sudah mencoba model crowdfunding, dengan membuat platform bernama YourMedia. Kami merasa bisa membuat audience kami yang paling banyak ini adanya di YouTube untuk berkontribusi secara finansial kepada pembuatan atau produksi dari video kami. Kalau orang suka saat mereka menonton, mereka bisa berkontribusi paling kecil Rp10.000 untuk berandil kepada pembuatan video kami. Sejauh ini receptionnya sangat menggembirakan, karena ada yang mencapai jutaan views per video.”



Kemudian, Ari Fadyl, Strategic Partner Leader, Online Partnerships Group, Google APAC, menjelaskan tentang transisi pembelanjaan iklan ke dunia programmatic. Ia menjelaskan, “Programmatic merupakan sebuah solusi bagi industri periklanan untuk mengefisiensi dan memodernisasi proses pembelanjaan iklan untuk sehingga dapat mengimbangi pesatnya pertumbuhan media digital.”


(kiri-kanan) Ari Fadyl, Sylvia Alexandra Sudradjat, Arief Rizqi Masardi, Sundjoyo Sukowijoyo.



Hadir pula tiga pembicara yang menjelaskan tentang pengalaman mereka dalam memanfaatkan programmatic.



Arief Rizqi Masardi, Head of Ads Operations, detiknetwork, menjelaskan: “Dari data yang kami miliki, pada tahun 2020 terdapat meningkatkan permintaan sebanyak tiga kali dari pengiklan terkait segmentasi audiens. Kami juga mencatat ada 10 kali peningkatan terkait brand safety sebuah iklan terhadap konten-konten yang ada di detiknetwork. Dan yang paling luar biasa, kami juga menemukan bahwa pengiklan sudah semakin sadar terhadap viewability rate pada display dan completion rate pada video, dimana peningkatan permintaan ini mencapai empat kali.”



Sundjoyo Sukowijoyo, VP Sales Operation, emtek digital, juga menjelaskan, “Pengiklan tentu ingin iklannya dilihat oleh audiens yang tepat dengan kategori tertentu, bukan oleh semua audiens. Kami menyadari pentingnya first-party audience, sehingga kami mencoba untuk mengumpulkan semua data yang ada, mulai dari Vidio, Bukalapak, KLY, dan semua aset yang kami miliki, untuk bisa diolah dan mengintisarikan audiens yang ada dalam emtek digital. Selain penentuan teknologi yang digunakan dalam periklanan, yang penting juga adalah penerbit berita harus terus berupaya menjaga dan meningkatkan kualitas kontennya.”



Sylvia Alexandra Sudradjat, Head of Business De velopment, IDN Media, menyampaikan, “Direct buying memang masih menjadi pilar utama di IDN Media, namun peningkatan pada programmatic terus terjadi. Hal ini karena para pengiklan semakin mengerti dan target audiensnya juga semakin objektif sehingga peran programmatic semakin dibutuhkan.”