Membangun talenta developer Indonesia - Techo
Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Membangun talenta developer Indonesia

Ahmad Waluyo, back-end developer



Ahmad Waluyo (26 tahun) belajar IT dan sistem komputer selama SMA di Kebumen, Jawa Tengah, sebelum pindah ke Jakarta pada 2013. Di Jakarta, dia awalnya bekerja di sebuah gudang, tetapi tak lama kemudian harus berhenti karena sakit dan kecelakaan lalu lintas. Setelah sembuh pada September 2015, dia memutuskan untuk melanjutkan pendidikan dengan berkuliah sambil bekerja di suatu restoran untuk menutup biayanya serta memenuhi kebutuhan hidup. Sayang sekali, setelah lima semester menjadi mahasiswa Prodi Teknik Informatika di Universitas Mercu Buana, dia hampir di-drop out karena kesulitan menebus uang kuliah setelah dua bulan gajinya tidak diberikan oleh restoran. Dia pun memutuskan untuk keluar dan menjadi pengemudi ojek online.



Kesulitan-kesulitan yang datang silih berganti ini menyalakan kembali minatnya di bidang teknologi, tetapi dia sadar pengetahuan dan kemampuannya belum cukup untuk memulai karier di sana. Pada Februari 2019, dia mulai belajar lagi pemrograman dari nol. Berbekal keyakinan dan semangat, dia mengikuti pelatihan intensif Hacktiv8 yang diadakan secara full-time agar dapat masuk ke industri teknologi. Pertaruhannya membuahkan hasil dan, setelah menyelesaikan kursus tersebut pada Juli 2020, dia mendapatkan pekerjaan sebagai developer di PT Nashta Global Utama, sebuah perusahaan konsultan & integrator sistem IT yang berkantor di Depok.



Membantu anak muda Indonesia seperti Ahmad untuk membangun karier, dan hidup, adalah motivasi para pendiri Hacktiv8.



Pada 2016, Google Developers Experts di bidang teknologi web, Riza Fahmi, dan temannya, Ronald Ishak, menyadari adanya “kekeringan” talenta developer yang menghambat  pertumbuhan banyak startup teknologi yang berpotensi di Indonesia. Di sini belum ada jalur edukasi yang jelas guna membantu orang mendapatkan kemampuan untuk menjadi developer yang siap bekerja. Ingin mengatasi tantangan ini, Riza dan Ronald mendirikan Hacktiv8 - sebuah perusahaan startup yang menawarkan kurikulum imersif selama 12 minggu untuk meningkatkan kualitas developer web dan menghubungkan lulusannya dengan perusahaan-perusahaan terbaik di tanah air.

Hacktiv8 dapat dikatakan sudah memberikan dampak positif bagi kehidupan masyarakat Indonesia karena hingga Desember 2020, 95% dari 400 lulusannya telah berhasil mendapatkan pekerjaan. Startup ini membuka jalan bagi para pencari kerja untuk memperoleh pengetahuan teknis dan kemampuan penting dalam ekonomi digital saat ini yang terus berkembang.



Akan tetapi, pada awal 2020, keadaan berubah. Tim Hacktiv8, seperti startup dan bisnis lain di seluruh dunia, terkena efek pandemi COVID-19 yang tidak pernah mereka perkirakan.



Model bisnis Hacktiv8, yang terutama berbasis pelatihan langsung, harus disesuaikan. Khawatir akan masa depan startup mereka, Riza dan Ronald sadar sekaranglah waktunya meninjau ulang strategi internal dan pengembangan program yang ada. Kebetulan sekali mereka terpilih untuk mengikuti Google for Startups Accelerator pertama untuk startup di Asia Tenggara pada bulan Agustus 2020. 



Program ini membantu tim mereka memahami cara memindahkan bisnis ke lingkungan online, sekaligus memberikan dukungan dan pendampingan (mentorship) di sepanjang prosesnya.



“Google for Startups Accelerator membuat kami dapat melihat hal-hal yang sebelumnya tidak kami lihat dalam upaya mengembangkan organisasi. Kami ingin terus berkembang sekaligus mempertahankan keunggulan kualitas. Banyaknya mentor dalam [program ini] memungkinkan kami membuat rencana tindakan yang jelas dan terus menjaga fokus saat ada begitu banyak hal yang dapat kami lakukan,” jelas Riza. 



Hacktiv8 berhasil menumbuhkan bisnis mereka sebesar 400 persen selama program Google for Startups Accelerator, dan sekarang menyediakan pelatihan yang sepenuhnya dilakukan secara jarak jauh untuk lokasi-lokasi yang tidak mungkin mereka akses melalui metode pertemuan langsung seperti sebelumnya. 



“Walau cara kami melayani komunitas kini berubah, metode jarak jauh ini telah memungkinkan kami menumbuhkan komunitas yang kami layani,” tambahnya.

Kedua co-founder ini percaya bahwa untuk membangun bisnis yang hebat, mereka harus memupuk kepercayaan dengan tim, pelanggan, dan partner. Artinya, mereka pun harus transparan tentang hasil yang dicapai peserta dan memublikasikan kesuksesan-kesuksesan mereka secara teratur. Seiring bisnis bertumbuh, penting pula dipastikan bahwa pengguna merasa didengar dan masalah pelanggan ditangani secara efisien. Menurut mereka, kepercayaan ini berperan vital dalam upaya mereka untuk membangun fondasi yang kuat agar dapat terus mengembangkan bisnis.