Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Motto lulusan Bangkit ini hanya “Just make it happen”

Hari Perempuan Internasional, yang diperingati setiap tanggal 8 Maret, identik dengan peringatan perjuangan perempuan yang menuntut kesetaraan gender dan pencapaian perempuan. 



Perjuangan yang dilakukan setiap perempuan untuk mencapai mimpinya tentu berbeda-beda. Seperti yang dilakukan Jessica Cecilia Budianto. Ia memilih untuk meningkatkan pengetahuan dan soft skill yang menyita waktu luangnya dengan bergabung pada program Bangkit 2020. Awalnya, ia mengetahui program ini dari sebuah unggahan di media sosial dan juga di grup obrolan kuliahnya.



“Saat pertama kali mengetahui program Bangkit, saya langsung tertarik. Awalnya saya ragu untuk mendaftar karena saat itu bertepatan dengan masa pengerjaan tugas akhir. Saya sadar ini akan sangat berharga, tapi saya khawatir tidak dapat membagi waktu. Akhirnya saya memutuskan untuk berkonsultasi dengan dosen dan disarankan untuk mendaftar. Saya sangat terkejut sekaligus senang saat kemudian tahu saya diterima,” cerita Jessica.



Baginya, bergabung di Bangkit 2020 merupakan kesempatan emas untuk membangun networking, bertemu dan belajar langsung dari para pakar dari Google, Tokopedia, Gojek, Traveloka, dan perusahaan berskala internasional lainnya, hingga berkesempatan mengikuti program pelatihan eksklusif machine learning secara gratis padahal umumnya berbayar.



Tidak hanya itu, soft skill-nya juga turut berkembang setelah mengikuti program Bangkit 2020. Salah satu sesi yang paling menarik adalah “Professional Communications” yaitu sesi berkomunikasi berdasarkan temperamen. Di sini peserta belajar mengenali temperamen diri sendiri dan bagaimana menghadapi orang dengan temperamen berbeda. 



Selain itu, ada pula sesi “Rapid Learning” yang disampaikan secara menarik dan interaktif oleh salah satu fasilitator Bangkit, Anson Ben. Jessica juga mengikuti sesi lanjutannya untuk belajar bagaimana mempertahankan minat dalam mempelajari sesuatu dan berkesempatan mengikuti diskusi tambahan bersama peserta Bangkit lainnya.

Setelah menyelesaikan pendidikan sarjana dari Program Studi Informatika, Institut Teknologi Harapan Bangsa pada November 2020, perempuan berusia 21 tahun ini memulai karirnya di Tokopedia sebagai Software Engineer sejak Desember 2020. Menurutnya, pengalaman mengikuti program Bangkit 2020 sangat berkontribusi dalam pencapaian karirnya.



“Di program ini saya juga belajar membuat curriculum vitae yang benar dan menghadapi wawancara. Saya belajar bahwa yang paling dinilai oleh tim rekrutmen saat wawancara bukan sekadar prestasi seseorang, tetapi juga kepribadian, motivasi, hingga sikap dalam menghadapi masalah. Tentunya, sertifikasi yang saya peroleh dari Bangkit meningkatkan kualifikasi saya untuk bekerja di bidang data dan pengetahuan yang saya miliki juga akan sangat memudahkan jika saya harus bekerja dengan tim data,” jelasnya.



Dari semua lulusan Bangkit 2020, 26% diantaranya merupakan perempuan dan Jessica adalah salah satunya. Ia sangat terkesan sekaligus bangga melihat banyak perempuan yang mengikuti program ini dan senang melihat Google secara tidak langsung mendorong perempuan untuk belajar dan bekerja di bidang teknologi informasi. Masih banyak perempuan yang berpikir pekerjaan di bidang ini berarti menulis kode dan membuat program, padahal banyak juga dibutuhkan kemampuan bisnis, statistika, desain, dan lainnya. Apalagi sekarang pendekatan teknologi informasi sudah ada di berbagai bidang.



“Bagi teman-teman sesama perempuan di luar sana, kalau kalian masih bingung memilih program studi yang sesuai dengan minat saat kuliah atau berminat mengembangkan karir ke bidang lain, ayo mencari informasi terkait posisi dan kualifikasi apa saja yang dibutuhkan di bidang tersebut,” pesannya.



Jessica juga menyampaikan untuk jangan cepat puas karena perkembangan teknologi begitu cepat dan suatu teknologi bisa dengan cepat tergantikan teknologi lainnya. “Jangan pernah berhenti belajar. Saya sempat merasa cukup ketika mengikuti program Google Developers Kejar 2018, tetapi ternyata saat ini Kotlin dan Dart sudah lebih populer dibanding native Java," tutur Jessica. "Just make it happen!"