Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Ibu dua anak asal Bandung ini kembali siap bekerja setelah ikuti program Bangkit

Hari Kartini diperingati setiap tanggal 21 April. Semangat R.A. Kartini terus mendarah daging pada setiap generasi dan terus bertransformasi mengikuti perkembangan zaman. 

Bagi wanita yang sudah menikah dan memiliki anak, pasti banyak hal yang berubah dalam kehidupannya. Tak sedikit wanita memilih untuk berhenti bekerja dan fokus pada urusan rumah tangga. Hal ini juga dialami oleh Tia Dwi Setiani, ibu dari dua orang anak yang kini berusia 8 tahun dan 4,5 tahun. Tia pernah bekerja sebagai dosen paruh waktu hingga tahun 2019. Perempuan lulusan dari Magister Sains Komputasi ITB ini kemudian memutuskan berhenti bekerja untuk fokus membesarkan kedua anaknya. Namun setelah merasa anak-anak sudah cukup besar ia berencana kembali bekerja.



Tak jauh dari keilmuan yang ia pelajari, Tia tertarik dengan dunia IT dan ingin masuk ke industri tersebut. Dengan tujuan untuk kembali aktif bekerja, ia mulai mengikuti beberapa kursus online tentang data science dan machine learning. Sampai suatu hari ia mengetahui adanya pembukaan pendaftaran Bangkit angkatan 2020, sebuah  inisiatif Google melalui kemitraan dengan beberapa partner strategis di Indonesia yang bertujuan menghasilkan tenaga teknis berkaliber tinggi bagi para startup dan perusahaan teknologi kelas dunia yang ada di Indonesia serta  memajukan ekosistem teknologi di Indonesia. Dari hampir 2.500 pelamar, Tia menjadi salah satu peserta terpilih bersama 300 peserta berkualitas dan bermotivasi tinggi lainnya dari seluruh Indonesia.

Tia bercerita bahwa Bangkit adalah kesempatan yang sangat berarti baginya karena Bangkit mengajarkan banyak hal. “Bangkit mengenalkan saya pada machine learning, membuat saya ingin belajar dan menggali bidang ini lebih dalam lagi, membuat saya yakin bahwa ini bidang yang ingin saya dalami. Tidak hanya itu, Bangkit juga membekali kami dengan soft skill untuk mempersiapkan diri masuk ke industri, seperti membuat CV yang baik dan teknik menghadapi wawancara. Dengan latar belakang saya sebagai ibu rumah tangga yang ingin mulai kembali bekerja, tentu itu merupakan paket lengkap,” ungkapnya.



Tia mengungkapkan bahwa skill lain dari Bangkit yang sangat berkesan baginya adalah pembelajaran critical thinking, rapid learning, dan I am remarkable. “Saat ini saya tidak muda lagi, kadang faktor usia membuat saya kurang percaya diri dan merasa tertinggal diantara teman-teman lain yang masih muda, termasuk teman-teman mahasiswa/fresh graduate. Namun apa yang saya dapat dari Bangkit, termasuk mendapat privilege untuk menjalin jejaring/networking dengan machine learning expert yang terlibat dalam program ini penting dan berharga dalam perjalanan belajar saya, menjadi pondasi bagi karir saya kedepannya dan membuat saya lebih percaya diri,” papar perempuan kelahiran 33 tahun lalu ini.



Dari Bangkit, Tia mendapat sertifikasi yang mengantarkannya pada pekerjaannya yang sekarang sebagai sebagai seorang Machine Learning Curriculum Developer di Dicoding Indonesia, sebuah platform edukasi teknologi yang mendorong akses literasi digital yang lebih luas bagi semua orang. Sebagai seorang Machine Learning Curriculum Developer, Tia bertugas untuk membuat, mengelola, dan memperbaharui konten di learning path pada machine learning



“Menjadi peserta perempuan di antara para laki-laki yang mendominasi dunia teknologi tentu sebuah tantangan tersendiri. Meningkatnya persentase partisipasi peserta perempuan pada program Bangkit 2021 dibanding Bangkit 2020 adalah sebuah sinyal positif bahwa perempuan juga bisa dan mampu mengambil peran di bidang teknologi. Sebagai sesama perempuan, saya tentu turut merasa bangga dengan semakin banyaknya perempuan yang mau terjun ke bidang ini dan turut andil dalam perkembangan teknologi. Mari percaya bahwa perempuan juga bisa menjadi ahli di bidang ini. Bukan untuk mengalahkan para laki-laki, tapi justru untuk melengkapi. Bagi peserta Bangkit 2021 manfaatkan sebaik-baiknya kesempatan berharga ini,” pungkasnya.