Tiga dari 15 ide terbaik yang lahir di Bangkit 2021
Peserta program Bangkit 2021 yang juga merupakan lulusan pertama Kampus Merdeka telah menyelesaikan kurikulum yang ketat pada pembelajaran machine learning, cloud computing dan Android mobile development. Dari 2,250 peserta yang lulus, terpilih 15 kelompok dengan ide terbaik yang akan mendapatkan pendanaan dari Google masing-masing sebesar US$ 5.000 untuk menyelesaikan proyek akhir mereka.
Setelah melihat tiga dari 15 ide terbaik dari Bangkit 2021, Prof. Ir. Nizam, Dirjen Dikti, Kemendikbudristek menyampaikan: “Saya sangat mengapresiasi ide peserta Bangkit 2021. Ini merupakan kreativitas dan inovasi yang luar biasa bagi sesama. Semua proyek ini terkait dengan sociopreneurship, yang tidak mementingkan diri sendiri, tetapi melihat kemaslahatan yang lebih luas. Ini sangat membanggakan dan membahagiakan bagi saya sebagai seorang pendidik. Kita tidak perlu ragu bahwa Indonesia yang jaya bisa kita wujudkan dengan generasi muda yang seperti ini, yang berpikir untuk masyarakat, kemajuan, lingkungan yang lebih hijau, dan penyandang disabilitas.”
Bacara: Jembatan komunikasi pembelajaran bahasa isyarat
Aplikasi Bacara (Bantu Bicara) sebagai platform pembelajaran bahasa isyarat Indonesia dan translasi bahasa isyarat Indonesia menjadi teks dan audio secara langsung dikembangkan oleh Timotius Haniel dan Thomas Ken Ronaldi dari Institut Teknologi Harapan Bangsa, Gita Ayu Salsabila dan Tobias Ivandito Margogo Silalahi dari Universitas Indonesia, Muhammad Rizky Perdana, Universitas Esa Unggul dan Michelle Octavia Yolanda Sari dari Telkom University.
Ide pembuatan app ini berawal dari keadaan teman tuli dan teman bisu yang memiliki keinginan untuk berkomunikasi dengan masyarakat secara umum. Namun seringkali menghadapi kendala karena lawan bicara tidak memahami bahasa isyarat. Dengan Bacara masyarakat bisa mengarahkan kamera ke teman tuli atau teman bisu yang menggunakan bahasa isyarat, Bacara akan menghasilkan text translasi dan juga suara sebagai output/hasil translasi bahasa isyarat. Dari apa yang dipelajari di Bangkit, tim Bacara mengembangkan model machine learning dengan menggunakan aplikasi Android dan mengintegrasikan Google Cloud sebagai bagian dari tempat penyimpanan data Bacara.
Timotius Haniel dari Bacara menyampaikan, “Di Bangkit, kita dapat bertemu dan belajar secara langsung dengan para ahli di dunia Industri. Sehingga kita bisa tahu bagaimana keadaan dan kemampuan apa saja yang relevan dan dibutuhkan di industri saat ini. Bangkit juga merupakan tempat yang sangat menantang, terkhususnya bagaimana cara kita berkolaborasi dengan yang lain, lalu menciptakan sebuah ide yang dapat membantu masyarakat Indonesia. Sehingga, kita tidak hanya menggunakan kemampuan tersebut untuk diri sendiri, tetapi juga untuk kepentingan bersama.”
Buangin: Disiplin buang sampah dengan bantuan aplikasi
Aplikasi Buangin merupakan gagasan Aivative Team yang terdiri dari Aditya Davin Pradana dari UIN Sunan Kalijaga; Leonardo Kriswanto Saputra, Radya Amirur Rahman dan Eva Agustine dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember; serta Yosia Agustadewa dan Arzalia Khairunnisa Yasmine dari Universitas Udayana. App ini dirancang karena adanya keresahan melihat penumpukan sampah di sekitar tempat tinggal mereka yang disebabkan oleh ketidakpastian dari petugas pengangkut sampah.
Proyek ini menerapkan konsep smart city di bidang lingkungan hidup sehingga nantinya dapat membantu pemerintah daerah dalam mewujudkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2021-2024. Memadukan machine learning, cloud computing, dan Android mobile development untuk membuat dua aplikasi dan satu produk IoT:
Buangin Wastecare: aplikasi yang diperuntukkan bagi pengguna. Dengan memanfaatkan machine learning, aplikasi ini dilengkapi dengan fitur Pilahin yang memiliki kemampuan image classification untuk membantu pengguna mengkategorikan sampah ke tiga kategori, yaitu organik, anorganik, dan beracun dengan akurasi 96% deep AI learning model.
Buangin Garbo: aplikasi yang diperuntukkan bagi petugas TPS.
Smartbin: tempat sampah pintar yang dilengkapi dengan sensor ultrasonik yang dapat mengirimkan pembaruan status ke aplikasi Garbo sehingga memudahkan petugas TP mengetahui lokasi Smartbin terdekat yang harus segera diangkut.
Radya mewakili tim Aivative mengungkapkan, “Selama mengikuti program Bangkit, saya mendapatkan banyak sekali manfaat, mulai dari koneksi, pengetahuan baru, dan pengalaman untuk mengembangkan project bersama orang-orang yang luar biasa. Yang membedakan Bangkit dengan pelatihan yang pernah saya ikuti adalah di sini kami diberi paket lengkap, mulai dari penyusunan jadwal, sistem gamifikasi yang ciamik, dan kerja sama yang baik dengan startup lokal dan internasional membuat Bangkit memberikan banyak sekali pandangan kepada mahasiswa seperti saya. Melalui Bangkit saya lebih terbuka untuk mengembangkan minat dan bakat saya di bidang machine learning.”
Kaki Keenam: Platform untuk membeli jajanan kaki lima
Ide projek ini awalnya muncul ketika keenam peserta ini menyadari bahwa mereka tidak tahu lagi kabar pedagang kantin kampus yang hilang kabarnya setelah wabah pandemi. Lantas, M. Dio Damiyati dan Vahiya Prananta dari Universitas Islam Negeri Jakarta, lalu Jihadysah Faa’iz dan Kafin Mufid dari Institut Teknologi Bandung, juga Riski Rismawan dan Budi Setiawan dari Universitas Mataram membuat sebuah platform bernama Kaki Keenam.
Kaki Keenam adalah platform digital yang dapat membantu mempertemukan pedagang keliling dengan pembelinya, melalui sistem peta dan notifikasi yang membuat membeli makanan keliling semudah memencet tombol pesan. Singkatnya, kamu ingin makan jam 2 malam ketika semua restoran sudah tutup? Dengan membuka peta yang ada di aplikasi Kaki Keenam, kamu akan dapat melihat semua pedagang nasi goreng yang ada disekelilingmu. Dengan memencet tombol pesan kamu bisa memanggil mereka untuk datang ke tempatmu, atau mendatangi mereka sendiri untuk membeli secara langsung. Tidak perlu menunggu untuk mereka kebetulan melewati rumahmu. Dan tidak hanya nasi goreng, mau itu burjo, mie, atau makanan dan jajanan lainnya, semuanya bisa kamu cari di aplikasi Kaki Keenam.
“Program Bangkit telah mengajari saya banyak hal, dari dasar pemrograman sampai akhirnya bisa membuat algoritma rekomendasi. Walaupun program ini terasa sangat singkat, tetapi ilmu yang saya dapatkan sangat berguna untuk projek Kaki Keenam. Saya sangat menyarankan untuk teman-teman yang tertarik mendalami pekerjaan di bidang teknologi/startup teknologi untuk melihat program Bangkit,” ungkap Faiz, salah satu tim projek Kaki Keenam.