Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Guru SMP Harapan Kasih Bandung ajarkan computational thinking untuk berpikir kreatif dan kritis

Tahun ajaran baru tiba. Meski masih dalam situasi pandemi, banyak cara yang coba diterapkan guru agar proses belajar mengajar lebih menyenangkan. Tak sekedar menyenangkan, tentu saja tujuan lainnya adalah agar siswa lebih mudah dan cepat memahami materi yang dipelajari.

Dibawah bimbingan Chandra Hermawan, guru pelajaran komputer di SMP Harapan Kasih Bandung, siswanya mulai mempelajari computational thinking. “Awalnya memang sulit bagi mereka untuk mempelajari computational thinking, namun dengan memberikan contoh pada kehidupan sehari-hari, banyak siswa yang tertarik dan tertantang untuk mempelajari lebih lanjut. Yang tertarik dan lolos tes dikumpulkan dalam satu grup chat untuk belajar bersama menjawab soal-soal Bebras dan mengikuti Tantangan Bebras 2020,” ujar Chandra.



Bebras Indonesia menyelenggarakan Tantangan Bebras 2020 untuk siswa SD hingga SMA secara online untuk mengedukasi kemampuan pemecahan masalah yang didalamnya terdapat konsep computational thinking

Perjalanan mengikuti tantangan ini berawal dari Chandra yang mengikuti seminar pemecahan masalah menggunakan computational thinking pada tahun 2018. Dari seminar ini, Chandra mempelajari penggunaan dekomposisi, pengenalan pola, dan abstraksi yang digabungkan dengan kemampuannya dalam penulisan algoritma dan flowchart untuk pemecahan masalah. Setahun setelah mempelajari ini, Chandra pun percaya diri untuk mengajarkan siswanya dan membawa mereka mengikuti ajang Tantangan Bebras 2020.



Tidak hanya mengajar siswanya, guru berusia 62 tahun ini juga berperan sebagai guru koordinator Gerakan PANDAI (Pengajar untuk Era Digital Indonesia), dimana ia berperan untuk memperkenalkan dan mengajarkan computational thinking bagi guru-guru lainnya agar bisa diterapkan di mata pelajaran apapun. Google sendiri melalui Google.org pada bulan Februari 2020 lalu telah mengumumkan bantuan sebesar 1 juta USD bagi Bebras Indonesia untuk membantu pelaksanaan pelatihan keahlian berpikir komputasional bagi 22.000 guru di 22 kota kecil dan besar melalui program Gerakan PANDAI ini.



“Karakteristik computational thinking adalah merumuskan masalah yang dihadapi dengan menguraikannya menjadi segmen yang lebih kecil dan mudah dikelola. Strategi ini memungkinkan mengubah permasalahan yang kompleks menjadi lebih mudah untuk dilaksanakan sehingga akan mengembangkan pemikiran yang lebih efisien dan kreatif. Saya berharap penerapan computational thinking semakin masif di sekolah-sekolah untuk melahirkan generasi yang dapat berpikir kreatif dan kritis dalam menyelesaikan persoalan,” ujar Chandra.