5 Metode Pembelajaran Bahasa Indonesia Membaca dan Menulis Permulaan di Kelas Rendah
BlogPendidikan.net - Keterampilan menulis dan membaca merupakan keterampilan dasar yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Keterampilan ini menjadi sarana untuk merekam atau mengungkapkan pikiran, perasaan atau informasi yang ada.
Menulis merupakan ekspresi/ungkapan dari bahasa lisan ke dalam suatu bentuk goresan/coretan. Pada setiap manusia, kepemilikan keterampilan dasar ini diawali dari ketika anak pura-pura menulis di atas kertas, pasir atau media lainnya dalam bentuk coretan-coretan sampai anak mampu menirukan bentuk tulisan yang sesungguhnya.
Berikut 5 Metode pembelajaran Bahasa Indonesia Membaca dan menulis Permulaan di kelas rendah adalah sebagai berikut:
1. Metode Eja/Abjad
Metode ini merupakan metode yang sudah sangat tua. Pelajaran pertama
dimulai dengan pengenalan abjad “a”, “be”, “ce”, “de”, dan seterusnya. Guru sering mengajarkannya melalui lagu ABC. Lagu ini ada dalam berbagai bahasa setelah siswa menguasai huruf-huruf itu.Guru merangkai huruf-huruf konsonan dengan huruf vokal menjadi suku kata. Suku-suku kata dirangkai menjadi kata, dan kata-kata dirangkaikan menjadi kalimat.
Penggunaan metode ini kerap kali menimbulkan kecenderungan mengeja, yaitu
membaca huruf demi huruf. Kecenderungan ini menghambat proses penguasaan
kemampuan membaca permulaan.
2. Metode Bunyi
Metode ini juga merupakan metode yang sudah sangat tua. Pelaksanaannya
hampir sama dengan metode abjad. Namun, huruf-huruf tidak disebut dengan nama abjadnya, melainkan nama bunyinya. Jadi, huruf “m” tidak diucapkan sebagai [em] atau [em] melainkan [m].
Bunyi-bunyi konsonan dirangkai dengan bunyi vokal sehingga membentuk suku kata. Suku kata dirangkai menjadi kata, dan akhirnya kata-kata dirangkai menjadi kalimat. Baik metode abjad maupun metode bunyi sering menggunakan kata-kata lepas untuk latihan membaca.
3. Metode suku kata dan metode kata
Metode ini diawali dengan pengenalan suku kata, seperti ba, bi, bu, be, bo, ca, ci,
cu, ce, co, dan seterusnya. Suku kata tersebut kemudian dirangkaikan menjadi kata-kata bermakna. Sebagai contoh, dari daftar suku kata tadi, guru dapat membuat berbagai variasi paduan suku kata menjadi kata-kata bermakna. Misalnya:
ba – bi cu – ci da – da ka – ki
ba – bu ca – ci du – da ku – ku
bi – bi ci – ca da – du ka – ku
ba – ca ka – ca du – ka ku – da
Kemudian suku kata dirangkai menjadi kata kemudian menjadi kalimat
sederhana.
Proses perangkaian suku kata menjadi kata, kata menjadi kalimat sederhana,
kemudian ditindaklanjuti dengan proses pengupasan atau penguraian bentuk-bentuk tersebut menjadi satuan bahasa terkecil di bawahnya, yakni dari kalimat ke dalam kata dan kata ke dalam suku-suku kata. Proses pembelajaran MMP yang melibatkan kegiatan merangkai dan mengupas, kemudian dilahirkan istilah lain untuk metode ini, yakni Metode Rangkai Kupas.
Jika kita simpulkan, langkah-langkah pembelajaran MMP dengan metode suku
kata adalah:
a. tahap pertama, pengenalan suku-suku kata,
b. tahap kedua, perangkaian suku-suku kata menjadi kata,
c. tahap ketiga, perangkaian kata menjadi kalimat sederhana, dan
d. tahap keempat, pengintegrasian kegiatan perangkaian dan pengupasan (kalimat > kata-kata > suku-suku kata)
Proses pembelajaran MMP dengan metode ini melibatkan serangkaian proses
“pengupasan” dan “perangkaian”. Oleh karena itu, metode ini dikenal juga sebagai “Metode Kupas Rangkai”. Sebagian orang menyebutnya “Metode Kata” atau “Metode Kata Lembaga”.
4. Metode Global
Global memiliki arti secara utuh atau bulat. Yang disajikan pertama kali dalam
metode global kepada murid adalah kalimat seutuhnya. Kalimat tersebut dituliskan di bawah gambar yang sesuai dengan isi kalimatnya. Gambar itu ditujukkan untuk mengingatkan siswa kepada kalimat yang ada di bawahnya.
Setelah berkali-kali membaca, murid dapat membaca kalimat-kalimat itu secara global tanpa gambar. Sebagai contoh, di bawah ini bahan ajar untuk MMP yang menggunakan metode global.
a. Memperkenalkan gambar dan kalimat.
b. Menguraikan salah satu kalimat menjadi kata; kata menjadi suku kata; suku kata menjadi huruf-huruf.
ini mama
i n i m a m a
i-ni ma-ma
i-n-i m-a-m-a
5. Metode Struktural Analisis Sintesis (SAS)
Metode SAS diawali dengan perkenalan struktur kalimat pada anak. Kemudian
anak diajak untuk melakukan proses analitik untuk mengenal konsep kata. kalimat utuh yang diperkenalkan pada anak untuk pertama kali akan diuraikan ke dalam satuan-satuan bahasa yang lebih kecil di sebut kata hingga sampai pada wujud satuan bahasa terkecil yang tidak bisa diuraikan lagi yakni huruf.
Baca Juga: 6 Cara Memvariasikan Gaya Mengajar
Jika dituliskan proses penguraian/penganalisisan dalam pembelajaran Membaca Menulis Permulaan dengan metode SAS adalah sebagai berikut:
a. kalimat menjadi kata-kata
b. kata menjadi suku-suku kata
c. suku kata menjadi huruf-huruf
Metode SAS ini berperan baik untuk siswa. Berpikir secara analisis-sintesis dapat
memberikan arah pada pemikiran yang tepat sehingga murid dapat mengetahui
kedudukan dirinya dalam hubungannya dengan masyarakat dan alam sekitar. Selain itu metode SAS sejalan dengan prinsip linguistik yang memandang satuan bahasa terkecil yang bermakna untuk berkomunikasi sebagai kalimat. Kalimat dibentuk oleh satuan-satuan bahasa di bawahnya yaitu kata, suku kata, fonem (huruf-huruf).
Metode ini juga menyajikan bahan pelajaran yang sesuai dengan perkembangan dan pengalaman bahasa siswa yang selaras dengan situasi lingkungannya. Metode ini sesuai dengan prinsip inkuiri sehingga siswa akan merasa lebih percaya diri atas kemampuannya.